Masukkan Code ini K1-9DBE36-X
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Selasa, 25 Maret 2008

Mewujudkan Sistim Sekolah Cerdas Indonesia (SSCI) di Provinsi Gorontalo dengan Information and Technology in Education

Daya saing pelajar di Gorontalo secara nasional dinilai masih rendah,bila menggunakan indicator Ujian Nasional(UN),daya saing sekolah2x di Provinsi gorontalo pada tingkat se sulawesi masih rata-rata berada pada dibawah peringkat 10 untuk mata pelajaran IPA , IPS, dan Bahasa sejak tiga tahun terakhir ini . Oleh karena itu perlu perencanaan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) disekolah bertujuan untuk menciptakan proses manajemen sekolah yang efektif dan efisien .
Selain itu juga ICT dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam kelas .Upaya yang bisa ditempuh untuk meningkatkan daya saing itu antara lain dengan pemanfaatan informasi dan teknologi, seperti fasilitas computer, internet , cd multimedia pembelajaran, TV Edu, GPRS, HSDPA, Wifi, Wimax, teleconference dsb .keberhasilan pemanfaatn ICT ini juga sudah terbukti di berapa Negara tetangga Indonesia mis Malaysia , Singapura dan Thailand . Maka dari itu Informasi sudah menjadi kebutuhan untuk menunjang sitem pendidikan di Gorontalo
Paradigma TI berubah ketika sektor industri telah beralih ke negara-negara berkembang karena ongkos produksi yang lebih rendah dan murah upah tenaga kerja, negara-negara maju lebih menfokuskan diri pada sector jasa dan teknologi (ICT) sehingga keunggulan mereka dalam bidang ini tidak mudah tersaingi oeleh Negara berkembang . Saat itu, mereka yang bekerja dalam TI mempunyai pendapatan yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang bekerja di sector-sektor lain.
Namun ketika cina, India , Korea, Thailand, Malaysia dsb berhasil mencetak tenaga-tenaga ahli dalam bidang TI dalam jumlah yang amat besar, hal ini telah membuat negara-negara maju kerepotan karena upah tenaga TI menjadi murah.
Perubahan TI yang cepat juga telah menurungkan harga perangkat lunak dan perangkat keras bidang TI mis harga perangkat computer laptop sekarang sudah sangat murah dijual di Indonesia untuk pelajar/mahasiswa di jual seharga 4 jt dengan spesifikasi teknis yang cukup memadai untuk menunjang proses pembelajaran ICT disekolah yang hal ini sangat penting dalam pemerataan ICT di sekolah.
Dalam bidang IT Perlu adanya kebijakan atau kesepakatan antara pengambil kebijakan yakni DPRD & Eksekutif untuk menerapkan perencanaan pendidikan yang baik dan bermutu di Provinsi Gorontalo sesuai dengan potensi wilayah & karakteristik dari daerah sehingga bisa memanfaatkan potensi daerah dengan pemanfaatan teknologi informasi & komunikasi sehingga bisa menaikan produksi & promosi jasa/ industri daerah yang bisa menambah PAD di daerah tsb. .DPRD juga harus memberikan dukungan terhadap kebijakan pendidikan
Pemerintah juga harus berani menunjukan keberpihakannya terhadap pendidikan jika memungkinkan , penuhi 20 persen anggaran pendidikan tsb, bahkan kalau berani seperti yang dilakukan Gub Sultra dengan memangkas Rp.250 miliar anggaran perjalanan dalam APBDnya kemudian dimasukin ke anggaran pendidikan.
Penerapan SSCI yang sudah diterapkan di daerah terlihat signifikan adanya perubahan perilaku guru dalam memberikan pendidikan ke siswa.dan siswa semakin senang belajar di sekolah dengan penuh antusias dalam pembelajaran di kelas maupun di lab dan dirumah.. Pemanfaatan teknologi informasi perencanannya harus bisa diakses di semua lini baik dikota , kabupaten , pedesaan dan pegunungan agar pemanfaatannya bisa di dinikmati oleh semua siswa & elemen masyarakat di gorontalo sehingga diharapkan gorontalo khususnya kota gorontalo bisa direncanakan kedepan & diterapkan sebagai kota Cyber City di tahun 2009 – 2010, sehingga dapat mempercepat akselerasi akses informasi yang cepat dan akurat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat . seperti yang sudah dilaksanakan oleh kota makassar saat ini yang bekerjasama dengan Korea untuk infrastruktur TI untuk mewujudkan Kota Cyber City.
Konsep Cyber City

Senin, 17 Maret 2008

Program Beasiswa S2 dan S3 Luar Negeri untuk Umum

Dalam rangka mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, maka pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) pada Anggaran Tahun 2008 ini. meluncurkan Program Beasiswa S2 dan S3 Luar Negeri.

Beasiswa ini terbuka bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Karyawan Lembaga Pendidikan (Pimpinan, Dosen, maupun Staff Lembaga Akademis Negeri maupun Swasta), Karyawan Industri maupun masyarakat umum.
Beasiswa ini akan diberikan kepada para pelamar yang oleh Panitia Seleksi dinilai memenuhi persyaratan untuk mengikuti program pendidikan S2 dan S3 di perguruan tinggi di Belanda, Perancis, Australia, Swedia, dan Inggris yang telah ditetapkan Depkominfo.

Selain itu pelamar wajib memilih program studi sesuai dengan bidang-bidang studi yang telah ditetapkan Depkominfo, dan khusus bagi yang mendapatkan tugas akhir berupa penelitian, wajib menyelesaikan penelitian dengan tema / topik sesuai visi dan misi Depkominfo.

Khusus untuk pelamar beasiswa S3, wajib melampirkan proposal penelitian dalam bahasa Inggris sesuai standar penulisan ilmiah.

Bagi pelamar yang saat ini telah memiliki Surat Penerimaan (Letter of Acceptence) dari perguruan tinggi yang telah ditetapkan Depkominfo, dan telah mendapatkan verifikasi dari Depkominfo, akan mendapatkan prioritas.
Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://www.depkomin fo.go.id/ (./dna)

Lomba Wrtting & information IT Freedom

Dimakassar bulan januari 2008 kmrn tgl 7 jan di gedung stimik dipanegara  dibuat workshop Penulisan Buku IT yang dibuat oleh departemen ristek RI dan penerbit andi offset kebetulan dilombahkan dan phay menjadi pemenang kedua dengan judul buku Desain Grafis for children . penyerahan hadiah pada waktu itu  oleh tokoh IT indonesia yakni DR Onno Purbo pakar IT Indonesia from ITB. buku saya di haruskan udh masuk ke redaksi andy offeset yogyakarta udh selesai dibuat selama 3 bulan...waduh tapi merupakan tantangan buat phay semoga bisa tercapai menulis buku IT...amin..deh..
tujuan dari lomba workshop ini  ini adalah
Membangkitkan kegairahan para penulis buku maupun para profesional di bidang IT untuk menulis buku-buku bertema Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Membekali para penulis buku maupun para profesional IT dengan keterampilan menulis buku bertema Teknologi Informasi dan Komunikasi yang baik.
Meningkatkan minat industri penerbitan maupun industri pendukungnya untuk berperan serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui buku dan produk-produk sejenisnya.
Menghasilkan buku-buku bertema Teknologi Informasi dan Komunikasi yang bermutu sehingga memicu kegairahan membaca, sekaligus memberi pembaca bekal pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing era global.

Bob Hippy Raja Bola Indonesia

Jika tali sepatu Bob Hippy telah lama tak lagi terikat kencang di lapangan sepak bola, tidak demikian dengan semangatnya. Darahnya seketika mendidih jika diajak ngomong sepak bola, apalagi jika pembicaraan mengarah kepada keberadaan pemain-pemain muda. "Saya merindukan mereka," kata Bob.
Bob Hippy, pemain tim nasional Garuda yang untuk pertama kalinya mempersembahkan gelar juara Asia junior pada 1961, ternyata memendam kerinduan akan tumbuhnya para pemain belia yang kelak menjadi pilar tim nasional. Tapi ia tak lantas tidur dan bermimpi. Bob tidak juga mengumbar omongan yang sesekali diselingi dengan kata gue, yang sudah dikenal sebagai cirinya itu. "Gue belum mau berhenti membina mereka," kata Bob.
Bob memang belum mau berhenti. Ia tak hanya bicara di kediamannya yang asri di bilangan Lebak Bulus itu. Ia bisa berlama-lama bicara untuk melakukan sesuatu di lapangan Akademi Sepak Bola Intinusa Olah Prima (ASIOP) Apacinti, yang terletak di kawasan Gelora Bung Karno. "Saya ingin membenahi sekolah sepak bola ini," kata Bob, yang menjabat Ketua Yayasan Apacinti.
Bob kini tidak lagi ke mana-mana. Ia tidak sesibuk dulu ketika memegang jabatan Vice President American Express untuk Jakarta dan Hong Kong, juga ketika menjadi salah satu direktur di Bimantara.
Bob, yang sehari kemudian terlihat di lapangan sepak bola tempat sekitar 300 siswa ASIOP digembleng di sana, kini banyak memiliki waktu luang. Ia sedang mengadakan kontak dengan Presiden Direktur Soccer School Indonesia (SSI), cabang Sekolah Sepak Bola Arsenal (Arsenal Soccer School) yang September lalu berdiri di Ciputat, Tangerang. Ia juga menanyakan surat yang dikirim ke pengelola Sekolah Sepak Bola Ajax di Amsterdam, Belanda, kepada anggota stafnya di ASIOP. "Saya bulan depan ke Belanda," kata Bob.
Menurut Bob, Arsenal dan Ajax adalah dua tempat yang telah berhasil membina dan melahirkan pemain-pemain muda berbakat yang kelak menjadi pemain dunia. Karena itu, Bob akan menjalin kerja sama dengan dua sekolah sepak bola tersebut.
Sangat beralasan jika Bob menumpahkan waktu dan tenaganya untuk pembinaan pemain-pemain muda. Dulu Bob dikenal sebagai penyerang andal tim nasional Garuda, sekalipun kelasnya hanya junior. Bob tak sempat mencatatkan diri sebagai pemain senior karena ia keburu berangkat ke Amerika untuk sekolah.
Bob mulai mengenal sepatu sepak bola ketika menjadi siswa SMPN III Manggarai. Bob, yang dulu tinggal di Kramat VII, Jakarta Pusat, tercatat sebagai siswa Merdeka Boys Football Association, yang mengambil tempat latihan di Lapangan Banteng. Bob adalah murid kesayangan Joel Lambert, dikenal dengan panggilan Si Bung, guru di sekolah anak gawang itu.
Dari Lapangan Banteng, Bob terpilih sebagai pemain Persija Jakarta. Di tim Ibu Kota itu ia mengawalinya sebagai pemain cadangan. Bob memerlukan waktu hingga 3 tahun untuk tampil sebagai pemain inti. Begitu pula di tim nasional. Bob, yang ditemukan Tony Pogacnik, perlu waktu lama untuk bergabung dengan tim nasional Garuda.
Pada 1969, Bob berangkat ke Amerika (lihat "Skandal Senayan" Meledak, Bob ke Amerika). Di Negeri Abang Sam itu Bob tak hanya bergelut dengan buku-buku yang kelak membuatnya menjadi pintar. Ia juga tercatat sebagai pemain bola di kampusnya. Ia bertanding hingga ke Inggris, Spanyol, dan beberapa negara di Eropa. "Saya satu-satunya pemain Indonesia yang memperkuat Amerika," kata Bob. Karena itu, Bob dianugerahi Hall of Fame dari University of America.
Tidak banyak yang diperoleh Bob dari perjalanan sepak bolanya itu. Sekembali dari Amerika, Bob menjadi pengurus di Persija Jakarta dan PSSI pada era Azwar Anas. Di sela-sela kesibukannya sebagai orang kantoran, Bob sempat menjadi ketua perkumpulan para pelatih Indonesia. "Hanya satu yang saya peroleh dari semua ini, yaitu disiplin," kata Bob.
Bob tak ingin berhenti. Kini, ketika ia banyak memiliki waktu, ketika itu pula ia ingin menumpahkan kerinduan untuk terus membina pemain-pemain muda, seperti ia dulu yang berangkat dan berhenti sebagai pemain junior.

Lahir : di Gorontalo
Karier sebagai pemain:
· Persija Jakarta (1960-1967)
· Tim nasional (1960-1967)
Pengurus:
· Persija Jakarta (1976)
· PSSI (1991-1997)
Karier:
· Vice President American Express Jakarta dan Hong Kong (1979-1983)
· Direktur Bimantara (1991-1998)