Masukkan Code ini K1-9DBE36-X
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Rabu, 30 Desember 2009

Pertemuan Wapres Boediono dengan Siswa-Guru se Gorontalo

Pertemuan Wapres Boediono dengan Siswa-Guru se Gorontalo


WAPRES Boediono saat berpidato di hadapan ratusan siswa dan guru dalam dialog pendidikan kemarin (29/12) di aula SMA Terpadu Wirabhakti, Bone Bolango.

Sejak pukul 09.00 Wita, ruang aula SMA Terpadu Wirabhakti, Desa Bube, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.

Dipenghujung tahun 2009, Wakil Presiden Boediono menyempatkan diri untuk bertandang ke Provinsi Gorontalo, Selasa (29/12). Dalam lawatan perdana ke Provinsi Inovasi ini, Wapres Boediono meluangkan waktu sejenak untuk bertatap muka dengan para siswa dan guru se Provinsi Gorontalo. Di hadapan ratusan siswa dan guru Wapres Boediono berpidato tentang pendidikan. Namun dalam pidato yang disampaikan kurang lebih 10 menit itu, Wapres Boediono tak menyinggung berapa besar dana pendidikan yang bakal dialokasikan pemerintah pada tahun 2010 mendatang.

Dipadati ratusan siswa SMP dan SMA dari berbagai sekolah SMP,MTs,SMA,MA dan SMK yang tersebar di kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo. tak ketinggalan pula puluhan guru dari berbagai sekolah, termasuk yang bertugas di daerah terpencil.

Hasanudin Djadin, Gorontalo Ratusan siswa dan guru ini sengaja berkumpul di ruang Aula SMA Terpadu Wirabhakti untuk menanti kedatangan Wapres Boediono. Sebagaimana yang dijadwalkan, pada Selasa (29/12) kemarin, Wapres Boediono akan bertatap muka dengan para siswa dan guru.

Tepat pukul 10.30 Wita rombongan Wapres Boediono akhirnya tiba di lokasi SMA Terpadu Wirabhakti. Wapres Boediono datang didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Plt Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail. Saat rombongan Wapres Boediono memasuki ruang pertemuan sambutan hangat diberikan oleh ratusan siswa dengan menyanyikan lagu selamat datang. Senyum kegembiraan pun terpancar dari wajah para siswa menyaksikan sosok orang nomor dua Indonesia itu.
Setelah penyampaian kondisi terkini pendidikan Gorontalo oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi Gorontalo Weni Liputo, dialog pendidikan antara Wapres Boediono dengan kalangan siswa dan guru dimulai.

Di hadapan ratusan siswa dan guru Wapres Boediono berpidato tentang pendidikan. Namun dalam pidato yang disampaikan kurang lebih 10 menit itu, Boediono tak menyinggung berapa besar dana pendidikan yang bakal dialokasikan pemerintah pada tahun 2010 mendatang.

Dalam pidatonya, Boediono lebih banyak berbicara secara global bahwa pendidikan merupakan tugas seluruh stake holder. Tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata, lebih dari itu juga menjadi tanggungjawab kalangan swasta dan masyarakat.

Boediono baru berbicara soal anggaran pendidikan saat menjawab pertanyaan dari salah seorang siswa SMP Negeri 1 Gorontalo. Dimana sang siswa menanyakan tentang relevansi antara dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan sekolah gratis. Sementara besaran dana BOS yang dialokasikan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan biaya pendidikan di daerah.

Jawaban yang disampaikan Boediono itu pun bersifat umum. Boediono menceritakan bahwa pemerintah dari tahun ke tahun terus berusaha menaikkan anggaran untuk peningkatan mutu pendidikan. “Pemerintah terus berusaha memikirkan dunia pendidikan. Minimal jaminan anggaran pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-undang yakni 20 persen dari total anggaran belanja pemerintah,” ujar Boediono.

Selain menyangkut dana pendidikan, dalam pidato pengantar Boediono juga tak sempat menyinggung apa upaya pemerintah untuk memperbaiki nasib/kesehjahteraan guru. Perhatian pemerintah untuk perbaikan nasib kalangan guru baru disampaikan Boediono setelah salah seorang guru daerah terpencil di wilayah Kabupaten Gorontalo, Rustam Tangahu, menanyakan tentang pengalihan tenaga guru yang berstatus honorer.
“Untuk pengalihan tenaga honorer menjadi PNS ini tentunya membutuhkan proses. Yang jelas Pemerintah terus berupaya agar kesejahteraan kalangan guru dari waktu ke waktu semakin baik,” ungkap Boediono.

Sebelumnya, Boediono saat berpidato di hadapan ratusan siswa dan guru mengemukakan, pada zaman Belanda Gorontalo merupakan pusat pendidikan di Kawasan Timur Indonesia. Banyak tokoh-tokoh nasional maupun internasional melewati pendidikannya di Gorontalo. “Oleh karena itu Gorontalo kedepan diharapkan bisa kembali menjadi pusat pendidikan di kawasan Timur Indonesia. Ada dua hal penting dalam pembangunan pendidikan, yaitu akses (jangkauan) dan kualitas,” ujar Boediono.

Lebih lanjut Boedino mengatakan, dalam era globalisasi persaingan akan berlangsung cukup keras. Sehingga, menurut Boediono, sejak dini harus dipersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin yang handal.

“Upaya mendidik dan mencerdaskan generasi adalah tugas kita semua. Sehingga kedepan dapat dihasilkan pemimpin-pemimpin yang handal. Dan yang paling utama adalah kesiapan anak-anak siswa sendiri untuk menjadi calon-calon pemimpin yang handal,” ujarnya.

Di sisi lain, Boediono berharap guru dapat menjadi panutan bagi anak-anak siswa. “Nilai-nilai untuk menciptakan pemimpin yang handal tidak bisa hanya diajarkan tetapi harus memberi contoh. Oleh karena itu guru harus bisa menjadi panutan bagi anak siswa,” tandas Boediono. gpinfo

Jumat, 11 Desember 2009

Pelatihan Master Teacher TIK untuk KKG/MGMP di Kab Pohuwato, Boalemo , Gorontalo Utara & Bone Bolango






Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan(LPMP ) Gorontalo diakhir tahun 2009 melatih tenaga master teacher dengan menggunakan teknologi informasi pendidikan guna mendukung upaya peningkatan mutu guru di daerah terpencil di 4 kabupaten di Gorontalo yakni kab bone bolango,kab pohuwato,kab boalemo,kab gorontalo utara sebagai lembaga penjamin mutu di Gorontalo akan terus berusaha untuk memberikan pelatihan bagi guru-guru yang berada di berbagai pelosok daerah.

Pada pelatihan yang berlangsung selama empat hari yang dimulai dari Kab Bone Bolango,kab pohuwato,kab boalemo dan Kab Gorontalo utara dilatih oleh Senior Teacher yang berpengalaman dan bersertifikat ICT dari LPMP Gorontalo yakni Ridwan Hemuto,S.Pd.M.Si, Hamzah Hippy,ST.M.Si, Rahmat Lahay,S.Si,M.Si, Agus Maaruf,ST dan Tim UNG. Materi yang di ajarkan kepada master teacher bagaimana mereka melatih tenaga pengajar di daerah masing-masing, juga mereka diajarkan bagaimana cara menggunakan perangkat teknologi dalam pembelajaran. lewat pelatihan master teacher ini diharapkan akan tumbuh minat, inovasi, dan kreativitas para guru dalam memanfaatkan fasilitas ICT untuk proses pembelajaran di sekolah, dan sekaligus akan meningkatnya kemampuan guru dalam mengoperasikan fasilitas ICT sebagai media informasi,komunikasi, dan alat pendidikan dalam mendukung pelaksanaan proses pembelajaran dan profesionalisme guru dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP) serta leason study.Semoga guru indonesia dan khususnya Provinsi dan Kab/kota Gorontalo bisa lebih maju dan cerdas dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.










Rabu, 05 Agustus 2009

A Strategic Plan of Information and Communication Technology-(ICT)-based Educational Development in the Middle Vocational Schools

ABSTRACT

Hamzah Hippy, A Strategic Plan of Information and Communication Technology-(ICT)-based Educational Development in the Middle Vocational Schools (supervised by Slamet Trisutomo and Rhiza S. Sadjad).


This is a case study concerning the development of the middle vocational schools (Sekolah Menengah Kejuruan, SMK) in the city of Gorontalo, INDONESIA. Focusing on the information and communication technology (ICT) facilities in 5 (five) public SMKs and a private SMK, the study has formulated a strategic plan to develop an ICT-based education system for the schools.

The author has conducted an extensive survey to explore the condition of ICT facilities in those schools. The study has shown all important factors affecting the optimization of the ICT-based educational system development and deriving from it a strategic plan.

The result of this study categorizes the SMKs into 3 (three) categories in terms of their condition of ICT facilities, namely (1) excellent condition, (2) fairly good condition, for not having a website and a digital animation-based learning facility, and (3) inferior condition, with very minimum ICT facility. Three SMKs (SMKN 1, 2 and 3) are considered excellent, and the other two are in fairly good condition (SMKN 4) and in inferior condition (SMK Pelita Bangsa) respectively. External factors including the general ICT users in the city of Gorontalo, ICT infrastructure and the Internet providers, and internal factors such school organization, and budget allocation, are significantly influential to the development of an ICT-based educational system for the SMKs.

A strategic plan has been derived in this study consisting 3 (three) educational development strategic plans for each category of the SMK's condition of ICT facilities. The city's demand of improving its quality in trading and services is also put into consideration.

Selasa, 21 Juli 2009

TransStudio Makassar








Trans Studio Theme Park Wahana Indoor Terbesar Di Dunia


Trans Studio Theme Park Makassar adalah wahana permainan Indoor terbesar di Asia bahkan di dunia sampai saat ini.l. Lokasinya berada di Kawasan Bisnis Global dan Pariwisata Perpadu Tanjung Bunga, Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagai informasi, dahulu areal ini masih merupakan laut kemudian ditimbun dan dikelola. sekitar 10 tahun yang lalu masih menjadi saksi pembangunan jalan pertama di areal ini. Beberapa tahun kemudian dibangun kompleks perumahan, Mall, dan tempat pariwisata seperti pantai Akkarena. Dan sekarang telah ada sebuah Wahana Permainan Indoor terbesar di Dunia yaitu Trans Studio Theme Park atau nama resminya adalah Trans Studio World Makassar.

Trans Studio Theme Park Makassar adalah hasil kerja sama antara Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Chairul Tanjung sebagai Penyandang dana. Megaproyek ini membutuhkan dana sekitar 3 trilyun rupiah. Di lokasi ini terdapat sekitar 30 lebih jenis permainan seperti Beberapa di antaranya adalah Tsunami Island, suasana mencekam dilanda tsunami dan gempa bumi. Ada juga Magic Museum yang berisi benda-benda hidup seperti dalam film Night at The Museum, Dunia Lain, Arung Jeram, Magic Corner, Lost City, Terror Twister, Water Coaster dan menurut kabar yang saya dengar, jumlah jenis permainannya masih akan meningkat. Di area ini terdapat juga beberapa fasilitas lain seperti hotel, pasar swalayan, arena rekreasi pantai, fasilitas perkantoran, kafe, Mall dan juga terdengar kabar bahwa akan dibangun KFC terbesar di dunia WoWwww. Selain itu Dalam area ini juga didirikan Bank Mega Makassar yang merupakan Bank terbesar di Indonesia timur dengan 12 Lantai. Seperti yang kita ketahui semua bahwa Bank Mega juga adalah milik dari pengusaha Kaya Chairul Tanjung.

Peresmian Trans Studio Theme Park makssar atau Trans Studio World Makassar yang mengambil konsep universal Studio ini pada tanggal 09 September 2009 pukul 09.09 (Entah mengapa semua mengambil Angka 9). Harga tiket masuk ke Lokasi ini adalah Rp 90.000,untuk 15 wahana, harga yang sangat sebanding dengan apa yang akan kita dapatkan dalam Trans Studio Theme Park Makassar ini.Untuk hari senin-jumat harga promosi 5 wahana gratis untuk permainan di transstudio dan setiap hari sabtu & minggu ada parade artis dari ibukota jakarta.

Begitu sudah berada di dalam area permainan, Anda sudah bisa langsung menikmati berbagai wahana yang seru-seru. Tapi tidak semua wahana bisa Anda nikmati gratis. Ada beberapa wahana yang mengharuskan Anda membayar Rp 25.000/orang, seperti wahana Roller Coaster, Dragon tower, wahana Jelajah, dan Dunia Lain (rumah hantu). Bayarnya tentu dengan menggunakan kartu tadi yang sudah diisi ulang. Ada tempat khusus yang sudah disediakan untuk pengisian ulang di area permainan. Selain wahana-wahana tadi yang saya sebutkan, semua wahana lainnya boleh dinikmati gratis.

Theme Parknya sendiri dibagi kedalam 4 kawasan, dan masing-masing
kawasan berisi wahana-wahana bermain sesuai kawasan itu. Dan nama
wahana-wahanya mengadopt nama-nama acara di transtv dan trans7 yang
merupakan group transcorp. Adapun kawasan -kawasannya adalah :
-The Lost City, disini wahana besar dan favoritnya adalah wahana
jelajah yang berupa arung jeram.
-KidsStudio, lebih dikhususkan untuk wahana bermain anak-anak
-Studio Central, disini wahananya lebih bertema ke hollywood
sepertinya ada studio, ada wahana untuk nonton smcm teater gitu dan
disini juga ada studio sinema 4D dengan film Spongebob
-MagicCorner, disini wahana – wahana yang bertema mistis seperti
Dunia lain untuk adu adrenalin bertemu makhluk2 seperti di acara dunia
lain dan juga ada wahana yg memacu adrenalin yang kita dijatuhkan dari
tower.

Dan jika anda merasa lupa waktu berada di areal seluas 12 hektare
ini, untuk urusan perut maupun mata disini juga dilengkapi bbrp
foodcourt per wahana kemudian juga banyak toko-toko souvenir yg
disesuaikan dengan tema wahananya. So, jika yang penasaran ingin
mencobanya harap disiapkan deposit yang banyak apalagi membawa keluarga.


Nah inilah salah satu megaproyek kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan dan sudah pasti juga merupakan kebanggaan Warga Indonesia.Saya sudah pernah mengunjunginya dan menurut saya memang pantas disebut sebagai Whana Permainan terbesar Indoor di Dunia.

Kunjungan kali itu benar-benar seru dan menyenangkan. Banyak juga pengunjung yang datang dari luar Makassar, loh. Bagi yang sedang mengunjungi Makassar, wajib datang ke Trans Studio :)

Minggu, 03 Mei 2009

PROGRAM STRATEGIS APA SAJA YANG DIPRIORITASKAN UNTUK MENINGKATKAN IPM (HDI) DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN BAGAIMANA MEKANISME OPERASIONALNYA.


Indeks Pembangunan Manusia merupakan indicator utama keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh suatu Negara,khususnya bagi Negara berkembang. Penetapan peringkat IPM/HDI bagi Negara berkembang didasarkan pada tiga dimensi berikut : 1).Usia harapan hidup (longevity),2).Pengetahuan (knowledge) dan 3).Standar hidup (standard of living).Berpedoman pada tiga dimensi tersebut, maka UNDP sebagai salah satu organisasi kerja PBB telah menetapkan bahwa bangsa Indonesia berada pada peringkat 102 dari 180 an Negara berkembang di seluruh dunia.tertinggalnya bangsa Indonesia dari Negara berkembang lain di Asia khususnya kawasan Asia Tenggara memacu pemerintah untuk mencari berbagai langkah alternative untuk menaikan peringkatnya.Kebijakan Pemerintah Pusat tersebut sepenuhnya diserahkan kembali kepada setiap daerah (Provinsi dan Kota/kabupaten) agar melakukan upaya progresif demi meningkatkan pembangunan bagi tiga dimensi tersebut.

Tiga dimensi itu dapat dioptimalkan melalui kegiatan yang nyata, tepat dan berkesinambungan dengan menampilkan peran aktif semua komponen di daerah, baik pemerintah daerah, stakeholder maupun masyarakat secara menyeluruh. Untuk indikator usia harapan hidup didukung oleh program konkrit seperti : 1).perbaikan kesehatan masyarakat, 2).pencegahan penyakit menular yang membahayakan, 3).pembangunan sarana dan prasarana kesehatan,dan 4). Peningkatan standar gizi makanan dan minuman agar lebih hegienis. Indikator pengetahuan dapat ditingkatkan melalui program seperti; 1).pemberantasan melek huruf pada masyarakat,2).Pemberantasan angka buta huruf. Sementara itu,indicator standar hidup dapat diukur dengan program seperti : 1).daya beli masyarakat,2).pemenuhan kebutuhan dasar ( basic needs) dari kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sampai saat ini baru berada peringkat 23 dari 33 Provinsi di Indonesia. Posisi ini bila disbanding provinsi lain di wilayah Timur Indonesia, maka termasuk rendah. Ironisnya Provinsi Sulawesi Selatan adalah pioneer bagi kawasan Timur Negara kita.
Untuk mengejar ketertinggalan ini, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam mendesain program pembangunan menjadikan peningkatan IPM sebagai agenda prioritas pembangunan dengan berbasis pada potensi SDM dan SDA yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan suatu kepedulian serius dari pemerintah daerah untuk memperbaiki peringkat IPM yang terbilang merosot rendah.Partisipasi masyarakat dan dukungan aktif semua aparat di daerah adalah kunci keberhasilan perjuangan dimaksud.
Upaya mengaktualkan agenda priorotas tersebut dalam mencapai keberhasilannya dapat dilakukan dengan rancangan program/tawaran program berikut:

1.Untuk Usia Harapan Hidup ( longevity ) yang didukung oleh program : a).perawatan masyarakat kelompok marginal secara intensif dengan standar biaya yang terjangkau, b).Relokasi penyakit menular yang membahayakan, c) pencanangan lingkungan permukiman yang bersih di area kota dan desa, d). Perbaikan gizi masyarakat teristimewa anak-anak, e).pengawasan melekat terhadap makanan dan minuman yang mengandung zat kimia.

2.Untuk peningkatan pengetahuan ( knowledge ) dapat didukung oleh program: a).Aksi pemberantasan buta huruf bagi masyarakat untuk semua kategori usia, b). Penetapan usia sekolah skala daerah, c).pembukaan lembaga pendidikan tingkat dasar non formal, d).pemberdayaan dan fasilitasi kelompok masyarakat yang bergerak pada bidang pengembangan kualitas SDM.

3.Untuk penciptaan standar hidup ( standard of living ) dapat didukung oleh program : a).Daya beli masyarakat, b).pendapatan perkapita daerah di tingkatkan, c).Kompromi harga pasar antara pemerintah dan pengusaha/pedagang.
Melalui rancangan program yang ditawarkan ini, kontribusinya akan berdampak pada perbaikan peringkat IPM di Sulawesi Selatan. Upaya mengaktualisasikan obsesi pemerintah tersebut hanya dapat nyata apabila didukung oleh suatu partisipasi aktif dari semua komponen di daerah. Interkoneksi antara semua kekuatan di daerah akan menghadirkan sebuah semangat dan kerjasama yang kokoh,ulet dan terampil dalam menyongsong keberhasilan pembangunan IPM itu sendiri.

Secara obyektif saja, dapat dikatakan bahwa upaya menaikan IPM di provinsi ini,terkesan hanya dilakukan oleh aparat pemerintah daerah sementara komponen lain seperti masyarakat berperan sebagai obyek semata. Padahal seyogianya pemberdayaan dan pemanfaatan SDM setidaknya lebih optimal sebagai perwujudan pengabdian terbaik dari masyarakatnya bagi daerahnya sendiri. Argumentasi lain yang dapat diangkat sebagai asumsi lepas yakni bahwa perbandingan kualitas SDM Provinsi Sulawesi Selatan lebih siap baik secara kualitas maupun kuantitas. Sebagai tambahan pula bahwa secara demografi,penduduk daerah ini terhitung padat dari keseluruhan provinsi di wilayah Timur Indonesia. Kepadatan ini terkonsentrasi pada daerah-daerah di luar kota Makassar(kabupaten-kabupaten). Bila parameter yang digunakan untuk menentukan kapasitas penduduk tersebut sesuai indicator yang dipakai oleh IPM, maka hasilnya sebagaimana adanya.
Sebaliknya cara yang dipakai sekarang yakni membebaskan biaya untuk tiga perjuangan daerah ( Longevity, Knowledge dan Standard of living )adalah baik dari sisi kemampuan public, tapi membawa dampak lain yang cenderung negative. Alasannya bahwa kebijakan ini melemahkan semangat dan kemauan kerja/daya dan usaha masyarakat, melainkan hanya tetap pasrah pada keadaan sambil mengahrapkan bantuan dari pemerintah. Lebih fatalnya lagi jika terjadi pergantian pejabat pemerintahan di daerah akan menghantar masyarakat pada ambang yang tidak menentu,dimana mekanisme ini berubah seperti sediakala. Disinilah kredibilitas pemerintah dimata masyarakat menjadi surut. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan keringanan bukan penghapusan terhadap biaya untuk tiga indicator IPM tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tiga permasalahan diatas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a.Problematika pendidikan di Indonesia terkonsentrasi pada kesenjangan mutu pendidikan antara dua kawasan Indonesia karena terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pendidikan, rendahnya standar pengupayahan pendidik dan terbatasnya kontribusi dan partisipasi masyarakat.
b.Pemanfaatan SDM belum tepat guna dan tepat sasaran.karena dipengaruhi oleh dua lingkungan organisasi atau lembaga yakni lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
c.Upaya meningkatkan peringkat IPM di Sulawesi Selatan menjadi 10 besar di Indonesia sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Daerah yang mampu ditindaklanjuti oleh aparat di daerah, masyarakat dan stakeholder lain dengan berpedoman pada tiga indicator IPM: Usia Harapan Hidup (longevity), Pengetahuan (knowledge) dan Standar Hidup (standard of living) bagi masyarakat di Sulawesi Selatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBANGAN / PENINGKATAN HUMAN RESOURCE UTILIZATION ( PEMANFAATAN SDM )


Eksistensi organisasi pada era modern sekarang ini senantiasa berbenturan dengan berbagai konsekuensi yang terkadang membawa dampak positif tapi juga dampak yang sifatnya negative. Pemanfaatan SDM sebagai komponen dominan dalam melangsungkan suatu pekerjaan sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan, baik lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan itu terdiri dari dua dimensi yaitu :

I.Faktor Lingkungan Internal merupakan komponen-komponen dari dalam organisasi yang mempengaruhi organisasi dan merupakan komponen yang dapat dikendalikan ( controllable factor ).

II.Faktor Lingkungan Eksternal merupakan komponen-komponen yang berasal dari luar organisasi dan merupakan komponen yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable factor ).

Organisasi modern berada pada suatu lingkungan yang terus berubah dan sarat dengan tantangan,dan dimana organisasi formal memiliki pengaruh yang kecil dan sifatnya terbatas pada masyarakat.Tantangan-tantangan dari aspek lingkungan ini mempengaruhi jalannya organisasi dan mempengaruhi berbagai kebijakan dan paktek organisasi baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sebagaimana ditegaskan oleh Robert L. Mathis, (1976) “ Environment factors has had a profound impact on human resources management function.With the rapid of technology,geographical expansion influence, and rapid social and political change, organization and human resource department are constantly pressured to adapt and grow to meet the new environment “ (Faktor-faktor lingkungan harus memiliki satu pengaruh yang besar pada fungsi manajemen sumber daya manusia. Dengan pertumbuhan teknologi yang pesat,penambahan penduduk yang terus bertambah berpengaruh pada organisasi dan perubahan social dan politik yang cepat, Organisasi dan bidang sumber daya manusia terus-menerus ditekan untuk beradaptasi dan bisa menemukan lingkungan yang baru).

Faktor lingkungan internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadapa pemanfaatan SDM dalam pengimplementasian setiap bidang kerja yang dihadapi. Dampak lingkungan eksternal diprioritaskan pada tantangan yang datang dari luar diri atau lembaga yang berpotensi mempengaruhi proses dan hasil kerja. Sementara factor lingkungan internal terkonsentrasi pada tantangan yang bersumber dari dalam diri dan lembaga yang sifatnya mengganjal pergerakan, mobilitas dan kegiatan rutin suatu pekerjaan.
Secara lebih detail factor-faktor yang berpemgaruh pada pemanfaatan SDM dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.Faktor Eksternal
a.Pengaruh kondisi ekonomi terhadap SDM, terindikasi melalui :perluasan dan kemajuan perekonomian, desakan terhadap nilai mata uang nasional, desakan benefit yang tinggi, desakan kondisi kerja yang lebih baik dan resesi ekonomi.
b.Pengaruh tuntutan dunia Internasional, terindikasi melalui : ethnosentisme, sentralisasi dan desentralisasi, hak-hak pekerja, repatriasi, kantor transfer internasional dan benefit internasional.
c.Pengaruh nilai budaya dan norma social, terindikasi melalui : sikap dan perilaku, penggunaan obat terlarang, kebebasan seksual, tingkat partisipasi wanita, keagamaan, kasta atau suku bangsa tertentu.
d.Pengaruh demografi, terindikasi meliputi : tingkat pendidikan, perbedaan etnis/ras, usia, jenis kelamin, persentase populasi, pertumbuhan migrant/migrasi
e.Pengaruh tuntutan profesionalitas, terindikasi melalui : keahlian dan ketrampilan, kelayakan profesi, interdisipliner bidang ilmu, kepemimpinan dan keahlian masyarakat.
f.Pengaruh teknologi, terindikasi melalui : kemampuan artificial, renivasi industry, otonomisasi.
g.Pengaruh geografis,terindikasi melalui : tingkat konpensasi, jaminan keamanan, sarana dan prasarana pendukung.

2.Faktor Internal
Selain factor eksternal ada pula factor inrternal yang ikut mempengaruhi lingkungan kerja organisasi dimana menjadi sasaran pengimplementasian/sasran pemanfaatan SDM. Faktor internal dimaksud meliputi :
a.Serikat kerja,dimana menjadi wadah yang megakomodir semua kepentingan, hak-hak pekerja dan juga kewajiban manajerial lembaga.
b.Sistem Informasi,sebagai wahana dan alat (tools) pekerja untuk mengakses semua hal yang berkaitan kerja yang menjadi tanggung jawabnya,termasuk juga pemanfaatan kompetensi dan sumber daya pekerja yang mampu menunjang pelaksanaan tugas rutinnya.
c.Budaya Kerja/Etos Kerja lembaga, menjadi sentral tampilan kualitas diri yang dimiliki pekerja yang mencakup : perubahan sikap ( attitude),motivasi kerja dan apresiasi yang diberikan pihak manajerial sebagai sebuah stimulasi bagi pekerja.
d.Konflik Internal lembaga, merupakan dampak negative yang menjadi kendala bagi keolangsungan kegiatan lembaga secara baik.Pemanfaatan SDM disini lebih diarahkan pada kapabilitas seorang pimpinan lembaga/organisasi dalam menetralisir semua konflik yang terjadi dalam organisasi, baik konflik horizontal maupun konflik vertical.
Melalui pengidentifikasian pemanfaatan SDM secara lebih detail dalam operasi kinerja sebuah lembaga, maka sebenarnya sudah menjadi indikasi bahwa tindakan kesadaranpun mulai hadir dalam suatu lembaga untuk mencapai perbaikan aksi nyatanya.Faktor Eksternal dan Internal yang member dampak pada pelaksanaan tugas suatu lembaga/organisasi menjadi sebuah kewajaran.Tapi menjadi persolannya yaitu bagaimana pengerak lembaga tersebut bisa keluar dari kemelut yang tengah dihadapi.Pengaruh factor eksternal dapat diminimalisir oleh lembaga apabila sudah Nampak keseimbangan antara sasaran lembaga dengan tingkat perkembangan dan perubahan yang terjadi pada dunia secara global. Hal ini akan mengarah pada penciptaan kualitas ilmu dan pengetahuan pekerja dalam menghadapi arus kemajuan yang semakin kompetitif.
Disisi lain upaya meningkatkan kualitas diri pimpinan dan pekerja pada sebuah lembaga adalah mutlak dilakukan. Hal ini terarah pada penciptaan sikap dan motivasi kerja yang baik, kesadaran individu pekerja bahwa apapun tugas yang dilakukan adalah suatu pengabdian mulia bagi orang lain dan bagi pimpinan lembaga tindakan pencegahan terhadap potensi konflik internal menjadi tugas utama selain membuka akses usaha melaui penggunaan jaringan informasi yang tepat. Dengan memberdayakan semua potensi dan kekuatan yang terdapat pada lembaga dengan cara mengurangi kelemahan termsuk langkah solusi terhadap pemanfaatan SDM, maka tujuan akhir dari organisasi dapat tercapai yaitu melalui peluang dan akses kepentingan serta memperkecil tantangan yang kerapkali mempengaruhi kerja lembaga.Hal demikian jika terealisasi secara baik,maka akan mengindikasikan efektivitas dari pemberdayaan fungsi dan kegunaan SDM bagi lembaga dan masyarakat.

ISU-ISU STRATEGIS DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN SEBAGAI LOKOMOTIF PENGEMBANGAN SDM INDONESIA DAN DAERAH.


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ( RPJPN ) Indonesia Tahun 2005 – 2025 mengamanatkan bahwa terdapat dua hal yakni kekuatan sekaligus peluang dan kelemahan sekaligus tantangan bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Pada bagian penjelasan RPJP point C mengisyaratkan bahwa disamping ada peluang yang ingin direbut dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga terdapat tantangan yang harus diminimalisir dampaknya bagi pembangunan bangsa Indonesia.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai satu kekuatan diharapkan dapat meningkatkan peranannya untuk merebut berbagai peluang yang ada pada perubahan dunia saat ini. Secara tegas kekuatan pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu mengarah pada sasaran sebagai berikut :

1. Kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan Iptek mengalami peningkatan.Berbagai hasil penelitian, pengembangan dan rekayasa teknologi telah dimanfaatkan oleh pihak industry dan masyarakat. Jumlah publikasi ilmiah terus meningkat meskipun tergolong sangat rendah di tingkat internasional. Hal ini mengidentifikasikan peningkatan kegiatan penelitian,transparansi ilmiah dan aktivitas desiminasi hasil penelitian dan pengembangan.
2. Kemampuam nasional dalam penguasaan dan pemanfaatan Iptek dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh masih rendahnya sumbanga Iptek di sector produksi, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahny sinerji kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.
Sebaliknya pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai satu kelemahan diharapkan dapat memperkecil tantangan yang akan dihadapi. Argumentasi yang menunjukkan kelemahan pada bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu terindikasi pada gagasan berikut.”Persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.Dalam rangka meningkatkan kemampuan iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kontribusi iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa,menciptakan rasa aman, memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energy dan pangan, memperkuat sinerjitas kebijakan iptek dan mengembangkan budaya iptek di kalangan masyarakat. Hal lain yang perlu ditingkatkan yaitu : meningkatkan komitmen bangsa terhadap iptek, mengatasi degradasi lingkungan, mengantisiapasi dan menanggulangi bencana alam serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya iptek, baik SDM, sarana prasarana maupun pembiayaan iptek.
Berdasarkan arahan RPJP Nasional ini dapat diuraikan kajian deskriptif mengenai isu-isu strategis pengembangan pendidikan sebagai penggerak utama penciptaan kualitas SDM sebagai berikut :
Identifikasi masalah Pendidikan secara nasional dan daerah

1. Masalah Pendidikan skala nasional, meliputi :
-. Muatan Kurikulum dan sistem pendidikan yang sifatnya sentralistik
-. Distribusi sarana dan media pembelajaran yang tidak seimbang
-. Kualitas pendidik yang belum merata
-. Disparitas antar wilayah di Indonesia
-. Terbatasnya anggaran pendidikan

2. Masalah pendidikan skala daerah, meliputi :
-. Kurikulum pembelajaran yang tidak sinkron(non link and mtch) dengan potensi dan karakteristik daerah
-. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pendidikan
-. Kualitas pendidik relative rendah
-. Letak geografis daerah yang sulit dijangkau
-. APBD lebih terfokus pada pembangunan fisik semata bukan manusia (non human centre on development).
Dalam mengidentifikasi masalah pendidikan untuk skala nasional, perhatian pemerintah lebih difokuskan pada muatan pembelajaran yang bersifat nasional,baik sistem pembelajaran yang dipakai maupun sarana prasarana penentu utama berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan didominasi oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sementara itu sudah ada regulasi yang berlaku secara nasional yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Merujuk pada undang-undang ini, maka terjadi berbagai perubahan untuk dan pengalihan kewenangan dari pusat kepada daerah (sentralisasi ke desentralisasi).
Perubahan paradigma yang berlaku secara nasional itu berdampak pula pada system penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi, meski dalam skala terbatas.Misalnya pada kurikulum pembelajaran,dimana terdapat perimbangan muatan pembelajaran untuk kurikulum nasional dan kurikulum lokal. Sedangkan standar kelulusan masih menggunakan standar yang bersifat nasional dengan indicator kegiatan yaitu Ujian Akhir Nasional. Pada sisi lain terdapat pula dua sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pendidikan,dari APBN dan APBD.

Jadi, menurut opini pribadi saya isu strategis untuk pengembangan SDM pendidikan adalah :
1. Kesenjangan yang signifikan mutu pendidikan antara Wilayah Barat Indonesia dan kawasan Timur Indonesia, dilihat dari aspek geografis, sarana prasarana, akses informasi pendidikan dan tenaga pendidik.
2. Terbatasnya anggaran penyelenggaraan pendidikan skala nasional dan daerah, dilihat dari aspek penggunaan teknologi pendidikan, tempat penampungan warga belajar yang layak dan kontribusi masyarakat yang relative rendah.
3. Peningkatan SDM pendidik yang cenderung stagnant tanpa tindakan peningkatan kualitas pendidik yang mana selanjutnya akan berimbas pada hasil belajar siswa pada lembaga pendidikan formal dan non formal.
4. Tingkat kesejahteraan guru relative rendah,dilihat dari gaji dan tunjangan guru serta insentif lainnya yang berpengaruh pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dan pencerah bagi generasi mendatang.

Jumat, 17 April 2009

Penelitian Tesis Phay, mengenai Strategi Pengembangan Pendidikan Berbasis ICT di SMK Kota Gorontalo















Lokasi di SMK Negeri 1,2,3,4, SMK Tirtayasa, SMK Bina Taruna, SMK Pelita Bangsa di Kota Gorontalo, Bapedda kota Gorontalo,Dinas Pendidikan Kota Gorontalo,LPMP Gorontalo,Balihristi Provinsi Gorontalo.

Kamis, 02 April 2009

Strategi Pengembangan Pendidikan ICT Berbasis Potensi Wilayah (Studi Kasus di SMK Kota Gorontalo)


A. LATAR BELAKANG

Kebijakan Pemda Kota Gorontalo dalam Perencanaan ICT


Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)/ICT atau disebut pula telematika, serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, industri, perdagangan, dan pemerintah. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa. Di sisi lain, jaringan internet telah menyebar ke banyak tempat di seluruh pelosok tanah air, melebihi kecepatan pertumbuhan pendidikan dasar dan menengah. Perkembangan teknologi ini, yang awalnya hanya sebagai media pertukaran data, sekarang menjadi tempat belajar, berbelanja, bermain, bergaul, dan lain sebagainya. World Wide Web (WWW) menyediakan suatu sarana yang dapat diakses secara global dengan meninggalkan batasan konvensional.

Kenyataan inilah yang membuat dunia pendidikan untuk membuat sebuah sistem pendidikan berbasis ICT pada internet agar dapat menjangkau pengguna yang selama ini memiliki kendala teknis geografis dan juga kendala waktu.

Didalam otonomi daerah saat ini peranan ICT sangat vital untuk menunjang potensi wilayah disuatu daerah, dimana ICT digunakan untuk menambah PAD/PDRB suatu daerah mis ICT dibuat dengan sistem yang baik dengan

membuat sistem perijinan online di pemerintah daerah, transaksi perdagangan online dalam bidang potensi wilayah di sektor pertanian mis jagung, perikanan budidaya ikan tuna, promosi online untuk bidang hotel dan pariwisata, ICT penunjang industri kreatif dalam bidang editing film, video dan fotografi, arsitektur, desain grafis, penerbitan dan percetakan, pembuatan website/blog perusahaan/instansi, layanan jasa komputer dan piranti lunak dsb.Perlu adanya dukungan dari SMK berbasis ICT untuk mengisi SDM di perusahaan, industri yang berkopetensi dibidang ICT guna memasarkan potensi wilayah di Kota Gorontalo. Sehingga akan muncul suatu ekonomi baru yang akan mensejahterakan masyarakat didaerah tersebut.

Tingkat Implemetasi ICT di Pemerintah Kota dan SMK di Kota Gorontalo

Berdasarkan pengamatan di beberapa media surat kabar lokal Harian Gorotalo Post dan internet. Pemerintah Kota Gorontalo belum maksimal dalam pengembangan Pendidikan ICT guna menunjang potensi wilayah, ICT belum menyumbang secara signifikan untuk PDRP /PAD pada Pemerintah Kota Gorontalo, mutu dari ICT masih rendah dilihat dari aspek rendahnya perencanaan pendidikan ICT belum dipakai dalam memajukan Indusri kreatif di Kota Gorontalo, lulusan SMK yang menguasai kompetensi ICT belum diperdayakan didunia industri dan perdagangan, padahal di Kota Gorontala sudah ada 4 ISP (Internet Service provider) mis PT Telkom, PT Indosat, PT wasantara, PT Olami , 7 Warnet, 7 SMK yang terdiri dari 1 SMK Teknologi Informasi, 3 SMK Berbasis ICT dan 4 SMK lainnya. Output dari lulusan SMK tersebut kebanyakan hanya untuk menghasilkan lulusan pangsa pasar sehingga banyak tenaga kerja yang belum terserap disektor perdagangan, jasa dan industri sehingga angka pengangguran di Kota Gorontalo cukup tinggi khususnya lulusan SMU/SMK berdasarkan data Kota Gorontalo dalam angka tahun 2007 sebanyak 5.807 orang masih mencari kerja yang mendaftar di Dinas tenaga kerja kota Gorotalo (sumber Dinas tenaga kerja dan sosial Kota Gorontalo tahun 2007), yang dimana tidak semua terserap di dunia kerja karena tidak sesuai keinginan dari Instansi, perusahaan Jasa, perdagangan dan industri sektor formal dan informal di kota Gorontalo yang mengutamakan/mencari lulusan SMK yang ahli di bidang kompetensi ICT untuk memasarkan produk pertanian, perikanan, pariwisata dan perhotelan secara online dan mengelola data perusahaan dengan sistim informasi, komputerisasi dan online, sehingga efesiensi dan produktifitas perusahaan/instansi dapat tercapai. Hasil survey, menunjukkan bahwa Sistem ICT dari hampir semua dinas yang ada di Pemerintah Kota Gorontalo dan Sekolah SMK masih belum optimal, mulai dari tingkat infrastruktur, organisasi, sistim informasi, pengumpulan, pengolahan sampai dengan analisis data dan informasi. Terlebih lagi ketersediaan data yang akurat, aktual dan lengkap cukup memprihatinkan. Terlebih lagi, di era otonomi daerah tidak memiliki data yang lengkap dan akurat sebagai flow of information dari semua kegiatan menuju e-Government yang tersendat. Di samping itu, sumber daya manusia di bidang kompetensi ICT, masih merupakan kendala, salah satu penyebabnya adalah prasarana dan sarana serta teknologi untuk mendukung perencanaan, dan program ICT belum memenuhi standar. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat menutup kesenjangan ini dalam waktu yang relatif singkat melalui Pembangunan dan manajemen Infrasturktur ICT yang baik dalam rangka menuju Gorontalo Cyber City .

Implementasi e-Government & e-Education dengan bantuan information Comunication Technology (ICT) membuka peluang baru untuk meng-eksploitasi informasi secara lebih dalam, sehingga dapat dimanfaatkan maksimal oleh kalangan masyarakat luas, baik oleh kalangan pemerintahan, warga Negara, kalangan bisnis serta institusi lainnya, sehingga akhirnya tercipta hubungan yang saling menguntungkan.


Pemerintah Indonesia khususnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sedang menggalakkan peran sekolah kejuruan, jumlahnya akan ditambah.Pada tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 1,5 juta lulusan sekolah menengah pertama (SMP) melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan (SMK). Target ini dicanangkan dalam rangka meningkatkan rasio jumlah siswa SMK:SMA/MA mencapai 70:30 pada 2015. Kebijakan ini bukan tidak memiliki alasan, hal itu dikarenakan angka pengangguran semakin membutukan tenaga yang berkualitas, dan semakin meningkat lapangan kerja menengah yang semakin membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan semakin terbukanya sektor formal maupun informal yang membutuhkan tenaga menengah. Hal ini merupakan alasan kepatutan SMK perlu ditambah, terlebih dunia semakin menglobal jendela informasi terbuka sepanjang waktu.

SMK berbasis ICT merupakan SMK yang sangat diperlukan di Indonesia dikarenakan kebutuhan ketrampilan dan kecakapan teknik informasi bahkan kiat memilih dan memilah informasi yang layak dicerna oleh kita dan anak-anak kita yang memiliki tatanana nilai moral yang tinggi dan budaya bangsa yang luhur", demikian Mendiknas.

Menurut Direktur Pembinaan SMK Joko Sutrisno, Depdiknas mendorong peningkatan jumlah siswa SMK untuk memenuhi target Rencana Strategis Depdiknas. Dia menyebutkan, rasio siswa SMK:SMA/MA pada 2009 ditargetkan 40:60. "Saat ini rasionya 43:57, target untuk 2009 relatif sudah tercapai di 2008. Sebanyak 85 % dari 750.000 lulusan SMK masuk ke pasar kerja, sedangkan sisanya sebanyak 15 % melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Lulusan SMK, dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. "Jadi industri diharapkan kalau menerima pekerja diprioritaskan anak SMK dulu," ujarnya.

penyerapan tenaga kerja terbesar lulusan SMK terutama di bidang bisnis manajemen, teknologi informasi dan teknologi rekayasa lain, perhotelan dan turisme, serta bidang lain seperti kriya seni dan pertambangan. "Bahkan ada permintaan dari luar negeri sebanyak 200 teknisi otomotif lulusan SMK yang mampu berbahasa Inggris.

Namun demikian permintaan dari luar negeri tersebut hanya terpenuhi sebanyak 90 lulusan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu meng-upgrade kemampuan bahasa Inggris lulusan SMK dengan menyiapkan SMK bertaraf internasional. "Yang penting sekarang adalah bagaimana SMK ikut berpartisipasi meluaskan pasar kerja karena kalau berharap ke industri yang besar daya serapnya terbatas," katanya.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menyusun Strategi Pendidikan ICT berbasis potensi wilayah guna menyelesaikan masalah rendahnya kualitas mutu perencanaan pendidikan ICT, minimnya pendapatan PDRP yang didapat dari sektor ICT dan banyaknya pengangguran SMA/SMK yang belum terserap di dunia kerja di Kota Gorontalo. Hasil dari penyusunan strategi ini selanjutnya dapat digunakan bagi kepentingan pemerintah Kota dan Sekolah SMK dalam pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan pendidikan ICT berbasis potensi wilayah.


Asumsi Penghambat ICT di SMK Kota Gorontalo

· Segi Infrastruktur

a. Berbagai PC (Personal Computer) yang dimiliki oleh SMK tidak sama, baik dilihat dari spesifikasinya maupun versinya.

b. Pada umumnya kondisi infrastruktur jaringan lokal (LAN = Local Area Network) SMK di Kota Gorontalo belum bagus.

C. Belum semua sekolah SMK di Kota Gorontalo terhubung dengan Jaringan Internet (Jardiknas)

· Segi Sistem Informasi

a. Setiap SMK menggunakan sistem informasi manajemen yang berbeda

b. Kurikulum SMK yang bermuatan lokal untuk pendidikan ICT belum terintegrasi dengan potensi wilayah kota gorontalo

c. Sebagian besar SMK bekerja untuk sistem informasi dengan menggunakan software aplikasi biasa, belum banyak yang menggunakan sistem informasi manajemen.

d. Sistem yang digunakan tidak terhubung dengan sistem yang lain

e. Tidak ada suatu arsitektur dalam perencanaan ICT

g. Tidak cukup memiliki tenaga ahli teknis ICT yang menggoperasikan Program aplikasi ICT.

· Segi Organisasi

a. Tidak adanya sistem yang terintegrasi diantara SMK yang ada.

b. Tidak ada staf ICT yang mengurus masalah informasi secara khusus

Harapan

· Pentingnya perubahan sistem Pendidikan ICT di SMK Kota Gorontalo

· Pentingnya pemberdayaan masyarakat melalui ICT

· Kiranya sangat urgen, vital dan strategis bagi Pemda Kota Gorontalo terkait khususnya Dinas pendidikan & SMK, untuk menyusun suatu strategi terintegtatif dan komprehensif dalam mengoptimalkan pengembangan pendidikan ICT berbasis potensi wilayah di SMK Kota Gorontalo.

· Program pengembangan itu sangat penting mempertimbangkan solusi untuk mengatasi sistim ICT yang cenderung tidak terorganisasi dengan baik, masih terbiasa dengan pola kerja yang kurang produktif sehingga ICT tidak menghasilkan PDRP/PAD yang menunjang bagi kemajuan ekonomi di Kota Gorontalo.


B. RUMUSAN MASALAH :

Berdasarkan latar belakang yang dikemukan maka dirasa perlu dirumuskan suatu masalah agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda, dengan rumusan sebagai berikut :

1.Bagaimana pendidikan ICT pada SMK apakah sudah kesesuain dengan potensi pengembangan wilayah di Kota Gorontalo.

2. Bagaimana sistem ICT di SMK Kota Gorontalo, faktor-faktor apakah yang mempergaruhui mutu perencanaan pendidikan ICT di Kota Gorontalo.

3. Bagaimana strategi pengembangan pendidikan ICT dalam menunjang potensi wilayah Kota Gorontalo di sektor perdagangan dan jasa.

C. TUJUAN PENELITIAN

Pada dasarnya setiap aktivitas manusia mengarah kepada pencapaian suatu tujuan secara optimal, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan secara operasional.

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1.Untuk mengambarkan dan menganalisis kesesuaian antara pendidikan ICT di SMK dalam potensi pengembangan wilayah.

2.Untuk menentukan sistem program ICT di SMK yang sesuai dalam mendorong pengembangan potensi wilayah di Kota Gorontalo.

3.Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan pendidikan ICT dalam menunjang perdagangan dan jasa di Kota Gorontalo


B. MANFAAT PENELITIAN

1. Menjadi Input bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pengembangan Pendidikan ICT di SMK berbasis pengembangan wilayah dimasa datang.

2. Menjadi referensi bagi pihak sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Gorontalo dalam menentukan program ICT dan strategi pengembangan sekolah yang mengoptimalkan sumberdaya lokal.

3. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang mengeksplorasi pendekatan penyusunan program dan strategi pengembangan pendidikan ICT dalam mengelola dan memanfaatkan potensi wilayah

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita Rahardj, 2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Teori. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Arikunto Suharsimi, 1990. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Rajawali Jakarta

Arikunto Suharsimi, 1988. Prosedur penelitian. Rhineka Cipta. Jakarta

Bappeda Kota Gorontalo, Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo. 2007. Kota Kota Gorontalo Dalam Angka. Bappeda Kota Gorontalo dengan BPS Kota Gorontalo.

Bappeda provinsi Gorontalo, Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo.2007. Gorontalo Dalam Angka. Bappeda Provinsi Gorontalo dengan BPS Provinsi Gorontalo

Bungin,B, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Praneda Media.Jakarta.

Isjoni, Arief. I, Roslaini. M. 2008. ICT Untuk Sekolah Unggul. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Kadir, A. 2003. Pengembangan E-Learning. Tugas Akhir, jurusan Pendidikan Matematika,Universitas Pendidikan Indonesia.

Mendiknas, 2008. Luar Negeri Butuhkan 200 Teknisi Lulusan SMK , Jurnalnet.com Bengkel Informatik(Online). (http://www.jurnalnet.com), diakses 28 Februari 2009

Mendiknas, 2008. DiKembangkan 80 SMK Bertaraf Internasional, Jurnalnet.com Bengkel Informatik (online). (http://www.jurnalnet.com), diakses 28 Februari 2009

M, Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung

Moleong, Lexi J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Nasution, S. 2008. Tehnologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Nugroho. Iwan dan Dahuri, Rokhmini. 2004. Pembangunan Wilayah:Perspektif Ekonomi,Sosial, dan Lingkungan. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Rogers, Everett M. 1986. Comunication Technology: The New media in Society. The Fre Press, a Division of Macmillan, Inc , Canada

Salusu. J. 1996. Pengambilan Keputusan Stategik Untuk Organisaisi Publik dan Organisasi Non-profit. Gramedia. Jakarta

Siagian, Sondang P.1995. Managemen Stretegik. Bumi Aksara. Jakarta

Sugiono, 2002. Statistik untuk penelitian. Alfabeta. Bandung.

Suyanto.B. Sutinah,2005. Metode Penelitian Sosial.Berbagai Alternatif Pendekatan. Prenada Media.Jakarta

Straubhaar, Joseph and Robert LaRose.1997. Communication Media in the Information Society. Wadsworth Publishing Company,USA

Ustadiyanto, Riyeke. 2002. E-Business Plan: Perencanaan, Pembangunan dan stategik di internet. Andi, Yogyakarta

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan nasional. Undang-undang Pendidikan Nasional No.2 Pasal 3 dan 4. Balai Pustaka.Jakarta.

Wahyudi, Agustinus Sri, 1996. Managemen Stategik Pengantar Proses Berfikir Stategik. Binarupa Aksara. Jakarta.

Winardi.(1996). Kamus Ekonomi Inggris-Indonesia. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.