Masukkan Code ini K1-9DBE36-X
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Senin, 17 Maret 2008

Bob Hippy Raja Bola Indonesia

Jika tali sepatu Bob Hippy telah lama tak lagi terikat kencang di lapangan sepak bola, tidak demikian dengan semangatnya. Darahnya seketika mendidih jika diajak ngomong sepak bola, apalagi jika pembicaraan mengarah kepada keberadaan pemain-pemain muda. "Saya merindukan mereka," kata Bob.
Bob Hippy, pemain tim nasional Garuda yang untuk pertama kalinya mempersembahkan gelar juara Asia junior pada 1961, ternyata memendam kerinduan akan tumbuhnya para pemain belia yang kelak menjadi pilar tim nasional. Tapi ia tak lantas tidur dan bermimpi. Bob tidak juga mengumbar omongan yang sesekali diselingi dengan kata gue, yang sudah dikenal sebagai cirinya itu. "Gue belum mau berhenti membina mereka," kata Bob.
Bob memang belum mau berhenti. Ia tak hanya bicara di kediamannya yang asri di bilangan Lebak Bulus itu. Ia bisa berlama-lama bicara untuk melakukan sesuatu di lapangan Akademi Sepak Bola Intinusa Olah Prima (ASIOP) Apacinti, yang terletak di kawasan Gelora Bung Karno. "Saya ingin membenahi sekolah sepak bola ini," kata Bob, yang menjabat Ketua Yayasan Apacinti.
Bob kini tidak lagi ke mana-mana. Ia tidak sesibuk dulu ketika memegang jabatan Vice President American Express untuk Jakarta dan Hong Kong, juga ketika menjadi salah satu direktur di Bimantara.
Bob, yang sehari kemudian terlihat di lapangan sepak bola tempat sekitar 300 siswa ASIOP digembleng di sana, kini banyak memiliki waktu luang. Ia sedang mengadakan kontak dengan Presiden Direktur Soccer School Indonesia (SSI), cabang Sekolah Sepak Bola Arsenal (Arsenal Soccer School) yang September lalu berdiri di Ciputat, Tangerang. Ia juga menanyakan surat yang dikirim ke pengelola Sekolah Sepak Bola Ajax di Amsterdam, Belanda, kepada anggota stafnya di ASIOP. "Saya bulan depan ke Belanda," kata Bob.
Menurut Bob, Arsenal dan Ajax adalah dua tempat yang telah berhasil membina dan melahirkan pemain-pemain muda berbakat yang kelak menjadi pemain dunia. Karena itu, Bob akan menjalin kerja sama dengan dua sekolah sepak bola tersebut.
Sangat beralasan jika Bob menumpahkan waktu dan tenaganya untuk pembinaan pemain-pemain muda. Dulu Bob dikenal sebagai penyerang andal tim nasional Garuda, sekalipun kelasnya hanya junior. Bob tak sempat mencatatkan diri sebagai pemain senior karena ia keburu berangkat ke Amerika untuk sekolah.
Bob mulai mengenal sepatu sepak bola ketika menjadi siswa SMPN III Manggarai. Bob, yang dulu tinggal di Kramat VII, Jakarta Pusat, tercatat sebagai siswa Merdeka Boys Football Association, yang mengambil tempat latihan di Lapangan Banteng. Bob adalah murid kesayangan Joel Lambert, dikenal dengan panggilan Si Bung, guru di sekolah anak gawang itu.
Dari Lapangan Banteng, Bob terpilih sebagai pemain Persija Jakarta. Di tim Ibu Kota itu ia mengawalinya sebagai pemain cadangan. Bob memerlukan waktu hingga 3 tahun untuk tampil sebagai pemain inti. Begitu pula di tim nasional. Bob, yang ditemukan Tony Pogacnik, perlu waktu lama untuk bergabung dengan tim nasional Garuda.
Pada 1969, Bob berangkat ke Amerika (lihat "Skandal Senayan" Meledak, Bob ke Amerika). Di Negeri Abang Sam itu Bob tak hanya bergelut dengan buku-buku yang kelak membuatnya menjadi pintar. Ia juga tercatat sebagai pemain bola di kampusnya. Ia bertanding hingga ke Inggris, Spanyol, dan beberapa negara di Eropa. "Saya satu-satunya pemain Indonesia yang memperkuat Amerika," kata Bob. Karena itu, Bob dianugerahi Hall of Fame dari University of America.
Tidak banyak yang diperoleh Bob dari perjalanan sepak bolanya itu. Sekembali dari Amerika, Bob menjadi pengurus di Persija Jakarta dan PSSI pada era Azwar Anas. Di sela-sela kesibukannya sebagai orang kantoran, Bob sempat menjadi ketua perkumpulan para pelatih Indonesia. "Hanya satu yang saya peroleh dari semua ini, yaitu disiplin," kata Bob.
Bob tak ingin berhenti. Kini, ketika ia banyak memiliki waktu, ketika itu pula ia ingin menumpahkan kerinduan untuk terus membina pemain-pemain muda, seperti ia dulu yang berangkat dan berhenti sebagai pemain junior.

Lahir : di Gorontalo
Karier sebagai pemain:
· Persija Jakarta (1960-1967)
· Tim nasional (1960-1967)
Pengurus:
· Persija Jakarta (1976)
· PSSI (1991-1997)
Karier:
· Vice President American Express Jakarta dan Hong Kong (1979-1983)
· Direktur Bimantara (1991-1998)

Tidak ada komentar: