Masukkan Code ini K1-9DBE36-X
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Rabu, 18 Februari 2009

Pengembangan ICT Berbasis Wilayah


Pengembangan ICT Berbasis Wilayah

Mengutip Pidato Al Gore, cawapres AS, Texas, 1992.

Apabila sebuah jalan raya super untuk informasi menjadi suatu bagian dari kebijakan nasional, jalan tersebut dapat membuat transformasi suatu bangsa, dengan cara mengangkat derajat komunikasi, pengetahuan, dan pendidikan.

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Kalimat itu terasa aneh bagi saya, di dekade 1980-an saat saya masih duduk di bangku SD. Yang ada dalam pikiran saya waktu itu; Tiongkok merupakan negara besar dengan populasi penduduk yang berlebihan, terisolasi di bawah pemerintahan Mao Ze Dong. Bagaimana mungkin menuntut ilmu di negara seperti itu?

Namun tak sampai dua dekade sesudahnya, tiba-tiba Tiongkok melesat menjadi salah satu negara industrialis terkemuka di dunia, bukan hanya di Asia. Saya teringat kembali pada pernyataan tentang menuntut ilmu sampai ke negeri Tiongkok, saya berusaha mencari tahu, apa yang bisa membuat Tiongkok maju begitu pesatnya hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Semua pembahasan menuju pada suatu titik bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (selanjutnya ditulis ICT) merupakan alat yang sangat vital bagi peningkatan kemakmuran suatu negara. Seperti ditulis David Sheff dalam bukunya China Dawn (2003), “Teknologi informasi menyediakan keuntungan gerakan evolusioner untuk transformasi ekonomi bangsa secara tepat karena hal ini akan membuat gerakan revolusioner industri bangsa”.

Begitu Tiongkok membuka diri dan kabel-kabel serat optik ditanam menghubungkan berbagai tempat terpencil dari pedesaan ke seluruh penjuru dunia, kapasitas bandwith yang sangat besar dimanfaatkan untuk menunjang jalur informasi dan komunikasi dalam segala aspek kehidupan.

Mengutip penjelasan Menkominfo,terdapat tiga nilai positif yang terkandung dalam ICT.

Pertama ICT membentuk jaringan. Peran ICT akan menghubungkan daerah satu dengan yang lain dan bermanfaat untuk hal-hal positif, seperti jaringan kerja pemerintahan, perdagangan, pertukaran pelajar dan lain-lain.

Kedua, nilai transparansi. Fasilitas ICT dapat digunakan pemerintah sebagai sarana publikasi laporan keuangan pemerintah, agar publik dapat menilai.

Dan ketiga adalah nilai pemberdayaan masyarakat.

Tampaknya fungsi dan tujuan dari ICT selaras dengan kebijakan otonomi daerah yaitu meningkatkan kemampuan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pada potensi lokal, dengan sasaran terwujudnya kemandirian daerah yang berbasis potensi lokal, meningkatnya kemampuan keuangan daerah, meningkatnya kinerja yang sinergis di antara unsur-unsur penentu kebijakan.

Peran serta ICT sebagai jalan raya bebas hambatan bagi informasi dan komunikasi jika dijalankan secara serius dan terpadu tentunya dapat menjembatani sasaran kebijakan otonomi daerah menuju tujuan pembangunan milenium Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDG's) 2015 yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, dan memastikan kelestarian lingkungan hidup .Dengan adanya sarana yang membantu akses informasi secara real time menuju ke daerah-daerah terpencil di pedesaan, diharapkan masyarakat akan mengalami intelektualisasi diri dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh daerah mereka masing-masing. Masyarakat akan mengalami suatu proses pembelajaran secara global sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan kata lain, apa yang menjadi tujuan dari MDG's 2015 secara otomatis akan tercapai.

Semua ini bukanlah sebuah mimpi tetapi untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerja keras dan koordinasi yang baik di segala bidang. Karena investasi yang diperlukan untuk membentuk sistem e-province tidak sedikit, maka untuk mendukung efektivitasnya diperlukan SDM yang kreatif, ulet, dan penuh tanggung jawab.

Bayangkan saja suatu saat nanti, petani di Gorontalo berkumpul di balai desa untuk mengadakan e-conference dengan petani di Jepang mengenai sistem pengairan sawah daerah tandus, atau para peternak sapi di Bonebolango sibuk melakukan e-discuss dengan peternak di Belanda mengenai pembenihan sapi bibit unggul, atau para nelayan di Boalemo sedang melelang hasil tangkapannya ke Jepang menggunakan fasilitas e-commerce, semuanya bisa saja terjadi! Belum lagi kemajuan di bidang pendidikan yang akan menerbitkan jagoan-jagoan olimpiade baru, yang memungkinkan anak-anak sekolah benar-benar dapat menuntut ilmu sampai ke negeri Tiongkok, tanpa harus pergi ke Tiongkok!


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice News so Sukses selalu Bro

Anonim mengatakan...

Moga-moga segera terwujud ya.., Pemerintah kan mo adain program desa pinter (berbasis ICT). Tapi kapan ya? wong di temen di kominfo aja ada yang belum dapet akses internet. hehehhe
salam blogger gorontalo
irma